Pages

Rabu, 26 Juni 2013

POLIGAMI



Sukaa banget penjelasan Bang Darwis tere liye berikut tentang poligami, simple dan langsung mengena...


Punya istri berapa?

Ada sebuah sunnah Nabi yang syaratnya berat sekali.
Bahkan sebenarnya, tidak ada manusia yang bisa
mencukupi syaratnya dengan sempurna, kecuali Nabi
sendiri. Bersikap adil ! Itu syarat paling berat diantara
yang paling berat, ketika seseorang memutuskan
memiliki istri lebih dari satu. 

Siapa sih yang PD-nya bisa
bilang bersikap adil? Rasa-rasanya adil, berusaha
sekuat tenaga adil, dan semoga Allah menilainya
memang adil, hanya itu yang bisa dilakukan. Kalau
mengklaim saya bisa adil, itu sepertinya berlebihan.
Nah, saya tidak akan membahas soal adil ini panjang
lebar, tidak produktif, hanya berdebat. Saya akan
menuliskan hal-hal kecil yang mungkin menarik untuk
dipikirkan. Here we go:
Bahwa, menurut hemat saya, jika seseorang
memutuskan memiliki istri lebih dari dua, maka berikut
adalah hal2 yang seharusnya dilakukan kalau dia
memang mengaku adil:

1. Di umumkan ke khalayak ramai.
Kenapa sih orang2 menutupi fakta menikah? Kan ganjil
sekali, menikah tapi diam-diam. Di mana-mana,
pernikahan itu diumumkan, diberitahu ke teman,
tetangga, kolega, dsbgnya. Sekali sebuah pernikahan
dilakukan diam-diam, maka cenderung bermasalah niat
dan tujuannya. Sayangnya, dalam setiap kasus yang
ramai, sedikit sekali orang yang bersedia mengakui dan
bilang ke khalayak ramai istri-istrinya. Akan berbeda
ceritanya kalau jauh2 hari bilang, dirayakan. Coba cek
riwayat Nabi, para sahabat, tidak ada satupun
pernikahan yang ditutupi, semua orang tahu, sejarah
mencatatnya.
Memiliki istri lebih dari satu itu sunnah Rasul, jadi tidak
perlu malu. Itu sama sekali bukan dosa, tidak aib. Tapi
jika yang bersangkutan merasa malu, nanti kenapa-
napa, takut nggak ngetop lagi, menjaga image, maka
dia membalik logika ini jadi terbalik sekali. Orang2 yang
yakin itu sunnah Rasul, bersedia menanggung
resikonya--di tengah paham monogami yang amat
kental. Dia bersedia mengakuinya, bahkan
mengumumkannya--di tengah masyarakat yang
cenderung monogami.

2. Memiliki alasan yang kokoh ketika punya istri lebih
dari satu. 

Dari istri2 Rasul Allah, patut diketahui, lebih banyak
janda yang usianya rata2 50 tahun saat dinikahi. Ada
Saudah (65tahun), Zainab bin khuzaima (50thn), Ummu
Salamah (62 thn), Ummu Habibah (47thn), Juwairiyah
(65tahun, 17anak), Shafiyyah (53tahun, 10 anak),
Maimunah (63thn), Zainab binti Zahsyi (50thn), Hafshah
(35thn). Nah, yang gadis hanya Aisyah dan Mariyah.
Pun istri pertama Rasul Allah juga janda berusia 40
tahun, Khadijah.
Kemampuan saya membaca sejarah lemah, jadi mungkin
data2 saya salah--tolong diperbaiki jika ada yg tahu,
tapi setidaknya, jelas sekali pesannya: keliru jika orang2
berpikir Rasul Allah menikah karena alasan fisik, wajah,
atau dorongan nafsu. Keliru sekali. Nah, jikalau memang
orang2 yang hendak mengikuti sunnah Rasul yakin
sekali dia melakukannya karena bisa bersikap adil, tentu
akan paham sejarah ini. Kita tidak bisa mengambil
sepotong teladan, membuang sepotong yang lain. 

Dan jelas, dia harus memiliki alasan yang kokoh ketika
memiliki istri lebih dari satu. Apa alasannya, tentu
dikembalikan masing2.

3. Kebahagiaan keluarga
Mau istrinya satu, istrinya empat, maka penting sekali,
sebuah pernikahan bisa menjadi keluarga yang bahagia.
Penting sekali istri bahagia, anak2 bisa dididik menjadi
anak2 yang saleh. Karena itulah poinnya berkeluarga,
bukan? Memberikan ketenangan. Bukan sebaliknya,
tidak memberikan manfaat, merusak atau jadi masalah.
Maka, lagi2, yang berkeluargalah yang tahu bahagia
atau tidak.

Silahkan cek tiga hal ini. Jika terpenuhi, rasa2nya
bisalah jadi tanda ybs berlaku adil. Well yeah, tidak ada
yang bisa membatalkan peraturan laki-laki bisa punya
istri hingga empat. Itu mutlak, ada dalam kitab suci.
Harus dipatuhi oleh siapapun. Saya hanya berdoa,
semoga masih ada contoh, teladan yang baik, karena
hanya dengan itulah, kita bisa lebih mudah menjelaskan
hal ini kepada banyak orang--terutama masyarakat hari
ini jelas cenderung monogami.

Nah, saya tahu, pasti ada yang tertarik menulis komen
"Apakah bang tere akan poligami?" Jawabannya simpel,
saya ini, bahkan perintah yang wajib saja hancur lebur,
shalat masih kacau balau, puasa masih amburadul,
entah kapan bisa sempurna. Belum lagi sunnah lain
yang mendesak, tambah acak kadut. Setahu saya yang
ilmunya terbatas, di mana-mana, kita mendahulukan
yang wajib baru ngurus sunnah. Bukan sebaliknya,
ambil yang sunnah, tinggalkan yang wajib, lakukan
yang haram. Dan btw, satu lagi alasannya, saya yakin,
Rasul Allah tidak akan marah, meski saya hanya punya
istri satu, hanya menyayangi satu istri. Rasul Allah akan
lebih marah kalau saya makan pakai tangan kiri, atau
berlaku zalim kepada anak yatim, atau masuk kamar
mandi pakai kaki kanan lebih dulu.
Mungkin demikian.