Pertanyaan
Saya seorang ibu rumah tangga yang berbisnis kecil-kecilan dengan membuka warung kelontong kecil-kecilan di rumah. Modal awal waktu itu kami dapatkan dengan menjual perhiasan milik saya. Sudah hampir 1 tahun berjalan dan Alhamdulillah sudah banyak pelanggan yang belanja ke warung kami. Tetapi kenyataannya saya tidak memiliki tabungan sama sekali. Boro-boro buat pengembangan usaha, terakhir bahkan buat modal belanja isi warung pun berhutang pada kakak ipar. Saya mengalami kesulitan untuk memisahkan keuangan pribadi dengan usaha. Untuk itu mohon solusinya ya bu karena uang itu saya yang memegang maka saya juga yang mesti bertanggung jawab. Terima kasih banyak.
Dewi Susanti
Depok
Jawaban
Salam kenal Ibu Dewi. Saya salut sama ibu yang sudah merintis usaha dan selalu mengupayakan yang terbaik untuk usahanya. Buktinya Anda segera mencari solusi ketika ada masalah. Semoga ibu dapat terus mengembangkan usaha ini lebih sukses lagi ya Bu. Permasalahan yang ibu alami ini banyak juga kok bu dialami pengusaha kecil lainnya. Apalagi jika usaha ini dilakukan di rumah dimana ibu sambil mengurusi toko juga mengurusi dapur, maka tidak heran bila uang toko bercampur dengan uang dapur. Salah satu penyebab usaha kecil tidak bisa berkembang juga masalah ini Bu, dimana keuntungan usaha tergerogoti oleh kebutuhan pribadi. Atau sebaliknya ketika usaha merugi maka uang pribadi tersedot akhirnya tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi permasalahan Ibu bukan usaha merugi tetapi memang karena uang usaha banyak terpakai untuk keperluan pribadi. Walaupun kita yang memiliki usaha bukan berarti kita bebas mempergunakan uang usaha sesuka hati kita, karena ini bisa menganggu arus kas usaha. Lalu apakah kita sama sekali tidak boleh mempergunakan uang usaha sama sekali, kalau boleh seberapa besar sih boleh diambil. Nah tips-tip berikut ini mungkin bisa membantu.
Memisahkan uang usaha dan pribadi artinya bukan berarti Anda tidak boleh menggunakan hasil usaha untuk kepentingan pribadi. Boleh-boleh saja karena Anda kan memiliki hak untuk mendapatkan uang dari jerih payah Anda, tetapi yang jadi masalah sebenarnya adalah berapa yang boleh diambil untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Berapa yang seharusnya tetap disimpan sebagai modal berputar atau pengembangan usaha dan berapa untuk membayar cicilan hutang.
Setiap transaksi hendaknya dilakukan pencatatan dengan rapi setiap harinya dan dievaluasi setiap minggu untuk menghitung berapa uang yang digunakan untuk modal belanja isi warung, dan dari catatan itu akan terlihat berapa sih sebenarnya keuntungan warung setiap hari dan mingguan, sehingga akhirnya bisa diketahui juga keuntungan bulanan. Nah dari keuntungan yang tercatat tadi coba alokasikan sesuai formula 10 : 10 : 20 : 30 : 30, apa artinya? 10 % untuk zakat, 10 % untuk ditabung atau diinvestasikan pribadi, 20 % buat ditabung untuk pengembangan usaha, 30 % buat bayar cicilan hutang modal, dan 30 % buat keperluan pribadi. Jadi Anda boleh ambil 30 % saja dari keuntungan lho, bukan dari omset. Alternatif lain untuk mengambil sebagian uang usaha dengan menggaji dirinya sendiri. Dari pencatatan yang rapi akan terlihat berapa keuntungan riil dari usaha, barulah kita bisa perkirakan berapa gaji yang layak untuk diambil memenuhi kebutuhan pribadi. Cara ini dilakukan bila keuntungan usaha Anda stabil dan tidak mudah naik turun. Jadi bisa menggunakan gaji tetap secara mingguan atau bulanan. Kalau usaha kita naik turun bisa dengan menggunakan prosentase omset misalnya 20 % dari omset. Dengan demikian jika usaha sedang turun maka kita tidak membebani.
Bila Anda menggunakan rekening untuk bertansaksi usaha atau menyimpan uang hasil penjualan usahakan tidak bercampur dengan rekening pribadi. Karena jelas akan tercampur uang pribadi dan usaha. Anda harus punya 2 rekening yang berbeda, satu rekening usaha, dan satu rekening pribadi. Bila akan ambil sebagian uang usaha untuk kebutuhan pribadi lakukan transfer sejumlah uang dari rekening usaha ke rekening pribadi Anda. Bila memungkinkan dan punya dana cukup gunakan software akuntansi untuk dalam pencatatan keuangan usaha Anda. Dengan software ini pencatatan keuangan bisa dilakukan lebih professional dan rapi, sehingga Anda juga tidak memiliki celah untuk seenaknya ambil uang usaha untuk kebutuhan pribadi.
Kunci dari keberhasilan pengelolaan uang usaha adalah harus komitmen agar tidak mudah ambil uang buat pribadi meskipun kita sedang butuh. Bila terpaksa ambil, maka harus dicatat dan dikembalikan segera. Pendeknya harus tertib catat mencatat dan disiplin dengan diri sendiri. Ini yang tidak mudah tetapi harus dilakukan. Demikian Bu Dewi, semoga bisa membantu. Bila masih belum jelas, silakan berkonsultasi langsung dengan kami.
Saya seorang ibu rumah tangga yang berbisnis kecil-kecilan dengan membuka warung kelontong kecil-kecilan di rumah. Modal awal waktu itu kami dapatkan dengan menjual perhiasan milik saya. Sudah hampir 1 tahun berjalan dan Alhamdulillah sudah banyak pelanggan yang belanja ke warung kami. Tetapi kenyataannya saya tidak memiliki tabungan sama sekali. Boro-boro buat pengembangan usaha, terakhir bahkan buat modal belanja isi warung pun berhutang pada kakak ipar. Saya mengalami kesulitan untuk memisahkan keuangan pribadi dengan usaha. Untuk itu mohon solusinya ya bu karena uang itu saya yang memegang maka saya juga yang mesti bertanggung jawab. Terima kasih banyak.
Dewi Susanti
Depok
Jawaban
Salam kenal Ibu Dewi. Saya salut sama ibu yang sudah merintis usaha dan selalu mengupayakan yang terbaik untuk usahanya. Buktinya Anda segera mencari solusi ketika ada masalah. Semoga ibu dapat terus mengembangkan usaha ini lebih sukses lagi ya Bu. Permasalahan yang ibu alami ini banyak juga kok bu dialami pengusaha kecil lainnya. Apalagi jika usaha ini dilakukan di rumah dimana ibu sambil mengurusi toko juga mengurusi dapur, maka tidak heran bila uang toko bercampur dengan uang dapur. Salah satu penyebab usaha kecil tidak bisa berkembang juga masalah ini Bu, dimana keuntungan usaha tergerogoti oleh kebutuhan pribadi. Atau sebaliknya ketika usaha merugi maka uang pribadi tersedot akhirnya tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi permasalahan Ibu bukan usaha merugi tetapi memang karena uang usaha banyak terpakai untuk keperluan pribadi. Walaupun kita yang memiliki usaha bukan berarti kita bebas mempergunakan uang usaha sesuka hati kita, karena ini bisa menganggu arus kas usaha. Lalu apakah kita sama sekali tidak boleh mempergunakan uang usaha sama sekali, kalau boleh seberapa besar sih boleh diambil. Nah tips-tip berikut ini mungkin bisa membantu.
Memisahkan uang usaha dan pribadi artinya bukan berarti Anda tidak boleh menggunakan hasil usaha untuk kepentingan pribadi. Boleh-boleh saja karena Anda kan memiliki hak untuk mendapatkan uang dari jerih payah Anda, tetapi yang jadi masalah sebenarnya adalah berapa yang boleh diambil untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Berapa yang seharusnya tetap disimpan sebagai modal berputar atau pengembangan usaha dan berapa untuk membayar cicilan hutang.
Setiap transaksi hendaknya dilakukan pencatatan dengan rapi setiap harinya dan dievaluasi setiap minggu untuk menghitung berapa uang yang digunakan untuk modal belanja isi warung, dan dari catatan itu akan terlihat berapa sih sebenarnya keuntungan warung setiap hari dan mingguan, sehingga akhirnya bisa diketahui juga keuntungan bulanan. Nah dari keuntungan yang tercatat tadi coba alokasikan sesuai formula 10 : 10 : 20 : 30 : 30, apa artinya? 10 % untuk zakat, 10 % untuk ditabung atau diinvestasikan pribadi, 20 % buat ditabung untuk pengembangan usaha, 30 % buat bayar cicilan hutang modal, dan 30 % buat keperluan pribadi. Jadi Anda boleh ambil 30 % saja dari keuntungan lho, bukan dari omset. Alternatif lain untuk mengambil sebagian uang usaha dengan menggaji dirinya sendiri. Dari pencatatan yang rapi akan terlihat berapa keuntungan riil dari usaha, barulah kita bisa perkirakan berapa gaji yang layak untuk diambil memenuhi kebutuhan pribadi. Cara ini dilakukan bila keuntungan usaha Anda stabil dan tidak mudah naik turun. Jadi bisa menggunakan gaji tetap secara mingguan atau bulanan. Kalau usaha kita naik turun bisa dengan menggunakan prosentase omset misalnya 20 % dari omset. Dengan demikian jika usaha sedang turun maka kita tidak membebani.
Bila Anda menggunakan rekening untuk bertansaksi usaha atau menyimpan uang hasil penjualan usahakan tidak bercampur dengan rekening pribadi. Karena jelas akan tercampur uang pribadi dan usaha. Anda harus punya 2 rekening yang berbeda, satu rekening usaha, dan satu rekening pribadi. Bila akan ambil sebagian uang usaha untuk kebutuhan pribadi lakukan transfer sejumlah uang dari rekening usaha ke rekening pribadi Anda. Bila memungkinkan dan punya dana cukup gunakan software akuntansi untuk dalam pencatatan keuangan usaha Anda. Dengan software ini pencatatan keuangan bisa dilakukan lebih professional dan rapi, sehingga Anda juga tidak memiliki celah untuk seenaknya ambil uang usaha untuk kebutuhan pribadi.
Kunci dari keberhasilan pengelolaan uang usaha adalah harus komitmen agar tidak mudah ambil uang buat pribadi meskipun kita sedang butuh. Bila terpaksa ambil, maka harus dicatat dan dikembalikan segera. Pendeknya harus tertib catat mencatat dan disiplin dengan diri sendiri. Ini yang tidak mudah tetapi harus dilakukan. Demikian Bu Dewi, semoga bisa membantu. Bila masih belum jelas, silakan berkonsultasi langsung dengan kami.
Oleh : Sri Khurniatun, RFA