Zhao
Bowen (21) adalah pemuda yang genius. Saking geniusnya, pelajaran-pelajaran di
SMA membuatnya bosan. Zhao pun drop out dari SMA elite dan favorit di Beijing,
China. Kini, dia menjadi direktur lembaga riset sekaligus memimpin riset yang
membedah-bedah DNA orang-orang genius sepertinya!
Zhao
memutuskan untuk keluar dari SMA elite yang terafiliasi dengan Universitas
Renmin China saat tahun ketiga di tahun 2009 lalu. Padahal sebentar lagi, ujian
masuk universitas di depan mata. Namun kesempatan itu malah ditinggalkan Zhao
karena lebih memilih bergabung ke Beijing Genomic Institute (BGI) di Shenzhen,
pusat penelitian genetik dan bioinformatik terbesar di China.
Zhao,
yang dijuluki Bill Gates dari China ini awalnya mengikuti berbagai magang di
BGI. Pemimpin BGI, Li Yingrui, awalnya tak terlalu memperhatikan bocah SMA ini.
Suatu saat, Li memberikan tugas pemrograman ke Zhao. Tugas ini sebelumnya
membingungkan 1.000 peneliti berbakat yang ada di lembaga riset itu. Tugas
pemrograman itu bak puzzle yang besar bagi tim risetnya, namun Zhao mampu
menyelesaikannya dengan waktu kurang dari sehari!
Sejak
itu, Li membujuk Zhao untuk meneliti di BGI. Zhao pun terinspirasi dan mengubah
pikirannya hingga kemudian keluar di penghujung masa sekolah.
"Saya
ingin membuat waktu saya penuh dengan melakukan apa yang saya paling ingin
lakukan daripada mengikuti persiapan ujian masuk universitas," kata Zhao
seperti dikutip Beijing Review.
Keputusan
ini mengkhawatirkan orang tuanya, namun Zhao meyakinkan bahwa dia akan melanjutkan
belajar.
"Kalau
saya masuk universitas dan kemudian belajar di luar negeri, saya hanya akan
menjadi lulusan biasa setelah 5 tahun. Namun saya bisa belajar hal-hal luar
biasa di BGI ini dan mengumpulkan pengalaman luar biasa selama 5 tahun,"
kata Zhao.
Orangtuanya
lantas berbalik mendukung pilihan Zhao. Zhao mengerti benar risiko tak
melanjutkan sekolah tapi atasannya, Wang Jian, mengingatkannya bahkan Bill Gates
dan Steve Jobs pun DO dari kampusnya.
"Saya
tidak anti belajar di universitas. Universitas adalah tempat yang berbeda
dengan SMA, di mana Anda belajar sesuai dengan minat Anda," jelas Zhao.
BGI
tempat risetnya sekarang, juga menjalin kerjasama dengan berbagai universitas.
Dari sini dia mendapat berbagai rekomendasi untuk melanjutkan sekolah di
universitas. Banyak universitas menerimanya plus memberikan beasiswa kepadanya.
Zhao
sepakat melanjutkan sekolah namun dia meminta pihak kampus agar dirinya tak
didorong untuk meraih gelar sarjana melainkan hanya belajar kursus-kursus
singkat yang dia pilih. Pihak kampus pun menerima syaratnya dan tetap
memberikan beasiswa.
Dalam
situs BGI disebutkan bahwa sebelumnya Zhao magang sebagai peneliti yang
meneliti rentetan DNA timun. Lama-lama, Zhao tertarik mempelajari DNA
orang-orang berkecerdasan di atas rata-rata yang memiliki IQ tinggi seperti
dirinya pada 2010.
"Kami
ingin tahu dasar genetik dari IQ," kata Zhao seperti dilansir dari
technologyreview.com.
Dia memiliki
hipotesa bahwa kecerdasan manusia 40-80 persen tidak bisa diturunkan. Zhao
ingin tahu gen mana yang bertanggung jawab dalam kecerdasan manusia yang dia
sebut 'kemampuan kognitif tinggi'.
Di BGI
riset ini dipimpin oleh Zhao. Dalam tim ini Zhao memimpin lebih dari 20
peneliti baik dari China maupun luar negeri yang ahli di bidang matematika,
fisika dan psikologi yang mencari tahu bagaimana gen mempengaruhi perbedaan
intelektual manusia.
Timnya
meneliti urutan DNA lebih dari 2 ribu orang ber-IQ tinggi 145 ke atas dan
membandingkannya dengan gen dari orang yang ber-IQ rata-rata. Dalam riset ini,
Zhao dan timnya membedah, mencari dan kemudian menentukan beberapa variasi DNA
dalam ribuan gen yang bertanggung jawab pada kecerdasan yang tak bisa
diturunkan. BGI memiliki fasilitas komputasi dan laboratorium lengkap dan SDM
mumpuni untuk mengolah data yang dikumpulkan tim Zhao.
"Kami
dikendalikan data, bukan dikendalikan hipotesis," imbuh Zhao.
Dalam
situs BGI, Zhao bukan peneliti biasa. Dia disebutkan menjadi direktur
penelitian bioinformatika. Bisa pula dilihat Zhao adalah satu-satunya peneliti
termuda, yang protolan SMA sementara lainnya bergelar PhD atau bahkan profesor.
Zhao
tak hanya bertanggung jawab pada penelitian ilmiah melainkan juga mengurus
urusan administrasi seperti meneken kontrak dengan rekanan atau berhubungan
dengan lembaga pemerintah. Karena lembaga riset ini memiliki cabang di seluruh
dunia, dia harus mengkoordinasikan proyek-proyek penelitian yang diadakan BGI.
Dia
juga mengatur rapat regular jarak jauh melalui internet untuk memastikan timnya
fokus pada penelitian. Kendati memimpin banyak peneliti senior, namun Zhao
tidak tertekan. Dia juga sesekali seperti anak muda lainnya, nonton konser
metal.
"Alasan
mengapa mereka menuruti perintah saya adalah bahwa saya yang memegang uangnya.
Semua dana penelitian di bawah kontrol saya," kata Zhao dengan bercanda.
Nograhany
Widhi K - detikNews