Rasulullah adalah teladan dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Apa sajakah yang Rasulullah
lakukan untuk membahagiakan istrinya? Mari kita simak pembahasan
beberapa hadits berikut ini:
1. Rasulullah suka berbincang-bincang dengan istrinya di malam hari
Pasangan suami istri yang tidak pernah berbagi cerita, tidak pernah
berkomunikasi, tentu saja akan merasakan kekeringan dalam rumah tangga.
“Adalah dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika berkumpul
bersama Aisyah Radhiallahu anhaa di malam hari maka Rasulullah
berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar Radhiallahu anhumma” (HR
Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang
meluangkan waktunya untuk berbicara dengan istri. Berbincang seputar
hal yang bermanfaat. Entah perkara dunia atau akhirat. Hadits ini juga
mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang harmonis terwujud manakala
terjadi komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Hadits ini juga menjadi dalil pengecualian atas sabda Nabi yang
menyebutkan bahwa beliau tidak menyukai obrolan-obrolah yang terjadi
selepas isya. Karena bercengkerama dengan istri adalah salah satu
perkara yang bermanfaat. Bahkan termasuk ibadah. Sebagaimana penjabaran
dari kaidah "Al Wasailu Lahaa hukmul Maqashid". Maka jika membahagiakan
istri dan menjaga kelanggengan rumah tangga adalah sesuatu yang
diperintahkan dalam syariat. Tentu hal-hal yang menjadi sebab
terwujudnya hal tersebut juga menjadi sesuatu yang diperintahkan pula.
2. Rasulullah suka membantu pekerjaan rumah tangga
Para suami yang tiap di rumah hanya bisa mengganti channel televisi,
membaca surat kabar, tertidur pulas, dan makan, cobalah membahagiakan
istri dengan membantu beberapa pekerjaan rumah tangga yang bisa
dilakukan.
“Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pernah ditanya oleh salah
seorang sahabat. "Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah
bersama istri-nya?" "Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah
keluarganya". tutur Aisyah Radhiallahu anhaa” (HR Bukhari)
Suami yang baik adalah lelaki yang tidak sungkan membantu istri
menggarap pekerjaan rumah tangga. Bahkan bila suami adalah seorang tokoh
masyarakat atau professional yang memiliki kesibukan luar biasa di luar
rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga bukanlah sesuatu yang
merendahkan derajat suami
Istri akan semakin mencintai pasangannya apabila senantiasa mendapat
bantuan dari suami dalam pengerjaan kewajiban-kewajibannya di rumah
3. Rasulullah menyatakan rasa cinta pada istri secara verbal
Jangan biarkan istri menebak-nebak bagaimana sebenarnya perasaan
suami terhadapnya, karena sungguh itu sangat menyedihkan. Para istri
akan sangat bahagia jika suami mau menyatakan cinta, sekalipun itu
hanyalah kebohongan, asal tidak diketahui istri tidak mengapa.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertutur: "Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku" (HR Muslim)
Hadits ini memberi anjuran untuk menyatakan cinta kepada istri.
Menampakkan dan menyatakan rasa cinta kepada istri adalah di antara cara
merekatkan hubungan cinta kasih antar lelaki dan wanita yang diikat
dalam bingkai pernikahan
4. Rasulullah tidak pernah membenci istrinya!
Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang mukmin
benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci
sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya
(akhlaknya) yang lain” (HR Muslim)
Berkata An-Nawawi, “Yang benar adalah Rasulullah shallallahu 'alihi
wa sallam melarang, yaitu hendaknya dia tidak membencinya karena jika
mendapati sikap (akhlak) yang dibencinya pada istrinya maka ia akan
mendapati sikapnya yang lain yang ia ridhai. Misalnya wataknya keras
namun ia wanita yang taat beribadah, atau cantik, atau menjaga diri,
atau lembut kepadanya, atau (kelebihan-kelebihan) yang lainnya”
Suami yang paling sedikit mendapat taufiq dari Allah dan yang paling
jauh dari kebaikan adalah seorang suami yang melupakan seluruh
kebaikan-kebaikan istrinya, atau pura-pura melupakan kebaikan-kebaikan
istrinya dan menjadikan kesalahan-kesalahan istrinya selalu di depan
matanya.
Bahkan terkadang kesalahan istrinya yang sepele dibesar-besarkan,
apalagi dibumbui dengan prasangka-prasangka buruk yang akhirnya
menjadikannya berkesimpulan bahwa istrinya sama sekali tidak memiliki
kebaikan
Tatkala seorang suami marah kepada istrinya maka syaitan akan datang
dan menghembuskan kedalam hatinya dan membesar-besarkan kesalahan
istrinya tersebut. Syaitan berkata, “Sudahlah ceraikan saja dia, masih
banyak wanita yang sholehah, cantik lagi…, ayolah jangan ragu-ragu…”.
Syaitan juga berkata, “Cobalah renungkan jika engkau hidup dengan wanita
seperti ini…., bisa jadi di kemudian hari ia akan lebih membangkang
kepadamu...”
Atau syaitan berkata, “Tidaklah istrimu itu bersalah kepadamu kecuali
karena ia tidak menghormatimu…atau kurang sayang kepadamu, karena jika
ia sayang kepadamu maka ia tidak akan berbuat demikian…”.
Dan demikanlah
bisikan demi bisikan dilancarkan syaitan kepada para suami. Yang
bisikan-bisikan seperti ini bisa menjadikan suami melupakan
kebaikan-kebaikan istrinya yang banyak yang telah diterimanya. Jika sang
suami telah melupakan kebaikan-kebaikan yang lain yang dimiliki isrinya
maka sesungguhnya ia telah menyamai sifat para wanita yang suka
melupakan kebaikan-kebaikan suaminya !!!.(diambil dari tulisan ustadz
Firanda Andirja di websitenya)
5. Rasulullah tidak pernah memukul istrinya
Suami yang ringan tangan, gemar menampar dan memukul istri adalah suami yang tidak mengerti bahwa Islam meninggikan perempuan.
“Aisyah Radhiallahu anhaa pernah bertutur: Suamiku tidak pernah memukul* istrinya meskipun hanya sekali” (HR Nasa'i)
*pukulan yang menciderai atau pukulan di wajah. Adapun apabila
seorang istri melakukan pembangkangan kepada suami, maka diperbolehkan
memukulnya dengan pukulan yang tidak menyebabkan cedera dan tidak pula
mengenai di muka. Allahu a'lam
Sesungguhnya lelaki sejati tidak akan pernah memukul istri semarah
apapun yang bersangkutan kepada pasangannya. Memukul istri adalah akhlak
pria durjana
6. Rasulullah Menghibur kesedihan istri
Tidak hanya bersenang-senang dengan istri di saat gembira, Rasulullah
pun peduli pada istri di kala istrinya menangis dan bersedih.
“Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari
gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan
lambat,lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan
kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis”
(HR Nasa'i)
Pelajaran yang diambil dari hadits ini adalah bahwa menghibur istri
adalah kewajiban suami. Berusaha menghilangkan kesedihan dan kesusahan
istri adalah sesuatu yang disyariatkan Islam. Suami yang baik tidak akan
tahan dan tinggal diam manakala melihat istrinya menangis atau bersedih
hati.
Demikianlah beberapa ulasan hadits mengenai cara Rasulullah
membahagiakan istrinya, semoga bermanfaat untuk mewujudkan rumah tangga
yang penuh cinta kasih.
Dari berbagai sumber