Pada
zaman dahulu, ada seorang ayah dan anak pergi ke pasar untuk menjual seekor
keledai. Di awal perjalanan, sang ayah dan anak naik keledai tersebut
bersama-sama, sampai pada suatu tempat dimana banyak kerumunan orang disana.
Salah seorang disana kemudian berkata, “Alangkah malangnya nasib keledai itu,
tubuhnya yang kecil dinaiki oleh dua orang sekaligus”.
Mendengar
perkataan itu, sang ayah kemudian turun sementara anaknya masih di atas
keledai. Mereka kemudian berjalan lagi, hingga bertemu kerumunan orang lagi.
Salah satu diantara mereka kemudian berkata, “Alangkah durhakanya anak
tersebut, membiarkan ayahnya berjalan di siang terik seperti ini”.
Mendengar
perkataan itu, si anak bergegas turun dan meminta ayahnya untuk naik ke atas
keledai. Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga bertemu kerumunan orang
berikutnya, dan salah seorang diantara mereka berkata, “Betapa teganya orang
tua ini, membiarkan anaknya yang masih kecil berjalan kaki sementara dirinya sendiri menaiki keledai”.
Mendengar
perkataan orang ini, sang ayah kemudian turun dan memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan bersama anaknya dengan berjalan kaki.
Ketika
mendekati pasar, mereka kembali bertemu dengan seseorang dan orang itu berkata,
“Mengapa kalian berdua tidak memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian jalan
kaki jika ada keledai yang bisa dinaiki ?”
1. Sesungguhnya
kita tidak terlepas dari pembicaraan orang. Apapun yang kita lakukan walau itu
benar mungkin saja dianggap salah. Tak akan ada habisnya jika kita memikirkan
bagaimana pandangan orang lain terhadap apa yang kita lakukan karena orang lain
akan selalu menemukan celah untuk dijadikan bahan pembicaraan.
Dalam
hidup ini kadangkala ada orang yang tidak senang atau tidak suka dengan kita.
Ketidaksukaan itu seringkali ditunjukkan dengan mengejek dan menghina. Seorang
muslim harus sabar agar tidak menuruti keburukan mereka dengan membalas
kemarahan yang berlebihan.
2. Dari
kisah ini pula kita belajar tentang istiqamah ( memiliki pendirian yang kuat
dalam memegang prinsip kebenaran ), karena dengannya seorang muslim tidak
dilanda perasaan takut untuk membuktikan nilai kebenaran dan tidak berduka cita
bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan.
3. Setiap
melakukan amal kebajikan baik perkataan maupun perbuatan ditujukan hanya kepada
Allah semata. Jika kita memiliki jiwa yang ikhlas kita tidak dibelenggu oleh
pengharapan akan pujian dan penghargaan juga tidak takut apabila menuai celaan
dan cemoohan.
4. Seorang
muslim haruslah memegang prinsip kebenaran dan menyerahkan segalanya hanya
kepada Allah.