Banyak
orang bijak yang bertutur bahwa diantara kunci-kunci kesuksesan dalam hidup seseorang
adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua.
Penulis pernah bertamu ke rumah
teman di pinggiran kota Jeddah. Ada tetangganya datang bertamu, usianya sekitar
60 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan di kantor seorang syaikh di kota Jeddah.
Dia bercerita bahwa majikannya itu seorang yang kaya raya, sangat sibuk sekali
dengan aktivitas dakwah, amal sosial dan bisnisnya. Beliau sangat dicintai oleh
keluarganya dan masyarakat serta disegani oleh pemerintah.
Suatu hari Ayah
Syaikh yang tinggal di wilayah Al Qassem berjarak sekitar 1000 km dari Jeddah,
ia telp ke anaknya dan minta dibelikan lima ekor kambing dari Jeddah dan
dikirim ke Al Qassem. Syaikh menjawab, "Siap, insya Allah segera akan saya
belikan lima ekor kambing dari Jeddah dan akan saya kirim ke Al Qassem". Karyawan
Syaikh yang usianya lebih tua dari majikannya rupanya mendengarkan pembicaraan
Syaikh dengan ayahnya. Karyawan itu berkata kepada Syaikh, "Kalau saya
tidak salah dengar, Ayah Anda minta dibelikan lima ekor kambing dari
Jeddah?" Syaikh menjawab, "Ya benar". Karyawan itu mengatakan,
"Rupanya ini ujian untuk Anda wahai Syaikh, sesungguhnya kambing dari Al Qassem
dagingnya jauh lebih lezat dibandingkan kambing dari Jeddah. Sebenarnya Anda
bisa menawarkan untuk kirim uang saja lalu saudaramu di Al Qassem yang membeli
kambing dari sana". Syaikh tidak menerima usulnya dan tetap akan membelikan
lima ekor kambing dari Jeddah untuk Ayahnya. Mungkin jawaban Syaikh kepada
karyawannya, "Tiap orang punya selera yang berbeda, bisa saja Ayah bosan dengan
kambing dari Al Qassem dan ingin variasi memakan kambing dari Jeddah. Bisa jadi
Ayah ingin menguji loyalitas Anaknya sejauh mana dia memperhatikan Ayahnya.
Yang jelas saya ingin menggembirakan Ayah saya dengan memenuhi permintaannya
selama itu bukan maksiat dan dosa".
Setelah Syaikh membeli lima ekor
kambing, segera Syaikh menyiapkan mobil dan mengajak anaknya yang berusia 18
tahun untuk menemani Ayahnya mengantarkan kambing- kambing ke rumah Kakeknya
dengan jarak tempuh pulang pergi dua ribu (2000) km !!!
Tetangga teman saya
menceritakan, "Saya berusaha mencegah Syaikh mengantarkan sendiri kambing-kambing
itu. Saya berkata, "Wahai Syaikh, Anda adalah orang yang sangat sibuk sekali
dengan masalah Ummat dan banyak pekerjaan yang mesti Anda selesaikan di Jeddah,
mengapa tidak Anda suruh supir yang berangkat?". Syaikh menjawab,
"Tidak! Saya butuh doa dan ridha Ayah. Ridha Allah terdapat pada ridha
orang tua. Saya ingin menjadi Anak yang berbakti kepada orang tua".
Syaikh
berangkat bersama anaknya mengantarkan lima ekor kambing ke rumah Ayahnya. Sesampainya
disana, Syaikh serahkan kambing-kambing tersebut, mencium Ayahnya, duduk bercengkerama,
makan bersama Ayah dan keluarganya, tidak lama Syaikh pamit kembali pulang ke
Jeddah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk mendapatkan ridha dan
doa Ayahnya. Masya Allah !!!
Bagaimana
dengan kita ? Terkadang orang tua kita meminta kita menebus obat dan menyuruh agar
tidak membeli obat dari Apotek yang dekat rumah tapi meminta agar kita menebus obat
di Apotek lain yang jaraknya lebih jauh dari rumah kita. Taruhlah 10 km
perbedaan jarak antara Apotek pertama dengan kedua, atau anggap saja 30 km!
Orang tua punya pertimbangan bahwa Apotek dekat rumah kurang baik, bisa jadi
menjual obat tiruan. Sedangkan kita sebagai anak yakin bahwa apotek pertama
menjual obat Asli dan sama mutunya dengan Apotek kedua. Seringkali kita memaksakan
pendapat kita dengan membeli obat di Apotek terdekat karena ingin praktis menghemat
waktu meskipun beresiko membuat orang tua kita kecewa.
Ada seorang Ayah menyuruh
anaknya pergi ke suatu kantor untuk menyelesaikan urusan Ayah jam 7 pagi. Si
Anak menjawab, "Bagaimana kalau saya berangkat 45 menit lagi? Karena kantor
tersebut baru buka jam 8 pagi?" Perjalanan menuju kantor tersebut kurang
lebih lima belas menit. Ayah bersikeras bahwa kantor buka jam 7 pagi, jadi
anaknya harus berangkat sekarang juga yaitu jam 7 pagi. Akhirnya si anak menurut
dan berangkat, sesampainya di sana kurang lebih jam 07.10 kantor masih tutup,
terpampang dalam pengumuman bahwa kantor dibuka jam 08.00. Si anak pulang dulu untuk
menyelsaikan beberapa urusan lainnya dan ketika sampai di rumah menjelaskan kepada
ayahnya bahwa kantor masih tutup dan baru buka jam 08.00, insya Allah jam 07.45
saya akan berangkat lagi ke kantor tersebut. Si anak tidak mengeluh dan tidak
menampakkan kekecewaannya dan tidak ingin ayahnya malu kepadanya. Ayahnya hanya
menjawab, "Ya sudah, jam 8 nanti kamu ke sana lagi !"
Betapapun besar
pengorbanan yang dirasakan anak untuk orang tuanya tidaklah sebanding dengan
pengorbanan orang tua untuk anaknya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-
anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan menjadikan anak-anak kita sebagai
anak- anak shalih dan shalihah yang berbakti kepada kita selaku orang tua
mereka, amin.
(Sumber:
Buku Saku "Rumahku Surgaku" Oleh: Fariq Gasim Anuz Penerbit: Daun
Publishing)
Muslim.Or.Id